yes tepat pada tanggal 10 mei itu , entah apa yang hamba rasakan, menatap keluar sana melihat sekelompok cacing tanah menggeliat berpasangan, sesaat berputar untuk melihat pasangan yang lain, mengusik jiwa hamba untuk berteriak. Pagi itu, sangat panas, luar biasa panas, menurut beberapa informasi yang hamba dapat, bahwa gerhana matahari sebagian menampakkan senyumnya, walau tidak tampak jelas, namun panas yang hamba rasakan merasuk hingga tulang rusuk hamba.
bukanlah hal ini yang akan hamba torehkan, tetapi keluarbiasaan yang hamba alami pada hari itu.
terlintas dalam benak hamba, untuk mencurahkan hati kepada Tuhan, sebab hanya Tuhanlah yang mampu setia mendengar segala keluh kesah, segala aduan, rintihan hati yang tergores akan hebatnya luka saat ini.
doa yang hamba panjatkan jelas untuk memenuhi tujuan hamba, yaitu untuk membahagiakan kedua orang tua, dan mengharapkan ridho kepada Tuhan untuk mengasihi orang yang mengasihi hamba, segala bentuk rasa sayang hamba, segala pengorbanan waktu, kesempatan yang telah hamba berikan.
yakinlah ketika hamba merasa cemas, Tuhan selalu sibuk mempersiapkan hal terindah untuk mengejutkan hamba. lalu hamba berkata, "Ya Allah tenangkanlah diri hamba, jauhkan lah hamba dari segala kecemasan hati ini, apa yang hamba inginkan? entahlah. hamba bingung. hamba bukan tabib, yang mampu mengobati luka sendiri." lalu hamba diam.
diam dalam kejaran waktu untuk memulai aktivitas hari itu. aliran sungai kecil di pipi hamba, mengisyaratkan rintihan-rintihan hamba yang terlepas dari diri ini. lalu hamba bangkit dan berusaha menegakkan tulang ini walau telah nyaris rapuh di penghujung penantian.
MALAM pukul 20.46, senang bukan kepalang melihat new message darinya,mengatakan bahwa ia akan bertandang untuk memberikan sepucuk surat.
hamba bergetar, aliran darah hamba serasa terhenti, jantung hamba melemah. ini yang dinamakan keluarbiasaan dengan hati mengatakan bahwa dia sangat tidak mungkin untuk melakukan hal ini, wajar jika hamba seperti sapi yang ingin disembelih.
walau hanya bertemu tidak begitu lama, hamba merasa seperti menikmati segala detik-detik yang diberikan.
berhadapan hanya tiga jengkal, biasanya paling dekat 20 meter, luar biasa sangat hamba nikmati segala percakapan gagap dan bodoh itu, namun tidak sabar lagi hamba untuk membuka surat tersebut.
ia pulang, hamba istigfar, ia pergi berlalu, hamba menguatkan istigfar, jangan sampai hamba dosa karenanya.
hamba baca, hamba terkejut, inilah yang dinamakan kuasa Tuhan, segala pengakuan akan perasaan yang ia miliki, segala pernyataan yang menggarisbawahi maksud tujuan hamba, ia sampaikan dengan segala penuh rasa kerinduan, cinta yang tak mampu hamba ucapkan yang hanya dapat diukur dalam barometer surga dunia, ia berkata-berkata bagaikan perasaan itu telah ia simpan dalam kotak hitam dan terkubur di lubuk hatinya.
sayang sekali, hanya sekedar pernyataan. hanya sekedar pengakuan, hanya sekedar berkata-kata.
ini merupakan bagian terkecil keajabaiban Tuhan yang telah ia intipkan kepada hamba, seolah-olah bahwa suatu saat Tuhan akan membiarkan mata hamba menyaksikan keajaiban yang lebih besar daripada celah yang ia berikan saat itu.
hamba kembali membuat sungai kecil, dengan balutan mukenah dan tergeletak kaku di lantai kamar, berharap bahwa segala ucapan yang ia tuliskan dalam surat itu akan menjadi kenyataan, akan dikabulkan oleh Tuhan sebagaimana telah ia berikan sedikit untuk hamba. segala doa, segala ketulusan yang kita harapkan akan dikabulkan, ketika kita mampu meyakini bahwa hal tersebut akan terjadi.
itulah keajaiban kecil hamba yang hamba rasa sangat luar biasa, masyallah begitu dekatnya Tuhan kepada kita, mendekatkan lah dirimu kepada Tuhanmu, semakin dekat engkau kepada-Nya semakin Ia tahu bahwa engkau membutuhkan-Nya.
Terima kasih. :)